Penyalahgunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi semakin marak, dan kejanggalan melibatkan oknum Anggota Polisi Hutan (APH) dalam kegiatan tersebut telah terungkap. Mereka membiarkan kendaraan-kendaraan yang diduga dimodifikasi dengan BBM bersubsidi lewat tanpa hambatan, terutama di sekitar Polsek Jati Uwung, Kota Tangerang. Kondisi ini memberi celah bagi para mafia untuk bertindak dengan kejam, memicu serentetan tindakan kekerasan yang menimpa wartawan, para pilar kebenaran.
Baru-baru ini, seorang wartawan yang merupakan anggota Gabungnya Wartawan Indonesia (GWI) menjadi korban. Insiden penyerangan dan perampasan ponsel wartawan tersebut terjadi di Jalan Gatot Subroto KM.4, tepatnya di flyover Taman Cibodas, Sangiang Jaya, Priuk, Kota Tangerang.
Korban, yang dikenal dengan inisial AS, menceritakan kekejaman yang dialaminya. Sejumlah orang tak dikenal datang atas undangan seorang sopir mobil box bernama Andre, yang mengaku sebagai perantara dengan seorang oknum wartawan yang mengklaim sebagai pimpinan redaksi salah satu media online dengan inisial WST.
“Mereka tidak responsif terhadap upaya komunikasi dan mengklaim bahwa ini adalah urusan bos Andre dan Simbolon, yang merupakan orang lapangan mereka,” ungkap AS.
Laporan segera dibuat dengan nomor LP/B/481/V/2024/SPKT/Polres Metro Kota Tangerang, namun, kehampaan dari pihak berwenang menjadi nyata. Para pelaku masih bebas bergerak, tanpa rasa takut akan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Bahkan, saat media ini berupaya mendapatkan tanggapan dari Kapolres Metro Kota Tangerang, hanya pesan WhatsApp yang tak direspon. Ini adalah pukulan baru terhadap keadilan dan kebebasan pers.
Menyikapi kejadian yang menimpa salah satu anggota organisasinya, Ketua DPD Gabungnya Wartawan Indonesia (GWI) Provinsi Banten, Syamsul Bahri, dengan tegas meminta aparat penegak hukum untuk menyelidiki kasus ini secara menyeluruh.
“Saya menuntut dengan tegas kepada Kapolri, Kapolda Metro Jaya, dan khususnya kepada Kapolres Metro Kota Tangerang, Kombes Zain Dwi Nugroho SH.S.I.K.M.SI, untuk menindak para mafia solar dengan sungguh-sungguh,” ujarnya.
Tapi, di mana suara keadilan? Di mana keberanian untuk menegakkan hukum dan melindungi para penjaga kebenaran? Tidak hanya kebebasan pers yang terancam, tetapi fondasi keadilan dan kebenaran pun tengah digoyang oleh kehampaan penegakan hukum. Para pelaku masih bebas, sementara korban-korban terus menjadi sasaran empuk dalam permainan kekuatan gelap yang merajalela. Ini bukan hanya tentang sebuah serangan terhadap wartawan, tetapi serangan terhadap integritas dan keadilan yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh masyarakat.
(Tim Investigasi)